Kerja di kebun selalu saja diidentikan dengan cangkul, tanah, kompos dan keringat. Alhasil, berkebun jauh dari pilihan anak muda, bahkan untuk kebanyakan lulusan fakultas pertanian sekalipun. Namun, oleh Taher Rumonin, anggapan tersebut coba dibenturkan dengan kenyataan yang dia lakoni, yakni berkebun dengan air sebagai media tanam atau hidroponik.
Dia memastikan, tidak ada sisa tanah yang melekat di tangan maupun lengan baju, apalagi bau kompos serta keringat berlebih. Di antaranya, Sawi Putih, Pakcoy, Dakota, Selada Putih dan Merah serta Seledri. Pengairan hidroponik jelasnya tidak sesulit pengairan pada umumnya.
Dalam sehari dua kali dialiri, yakni pagi dan sore hari bergantung suhu udara. Menurutnya, jika musim hujan, suhu cenderung dingin sehingga cukup sekali saja dialiri. "Kan sudah ada mesin pompa, jadi tinggal dinyalakan dan langsung air dialiri ke pipa," kata Rumonin.
Yang perlu diperhatikan saat pengairan adalah ketinggian air dan tentunya kandungan nutrisi dalam air. Selanjutnya, tinggal dijaga saja pertumbuhannya hingga panen tiba. Lanjutnya dijelaskan, penyemaian bibit dilakukan dengan media tanam spon yang diisi air.
Rata rata dibutuhkan waktu seminggu untuk menjadi anakan, sementara masa pertumbuhan hingga panen berkisar satu sampai satu setengah bulan bergantung jenis sayuran. "Selada satu bulan sudah panen, sawi bisa kurang dari satu bulan sedangkan seledri mencapai satu setengah bulan," katanya. Waktu tanam pun diatur untuk menjaga siklus panen, yakni setiap pekannya.
"Itu agar pasokan sayur tetap terjaga," ujarnya. Kebun yang dinamakan Kewang Hidroponik ini memiliki 1.800 lubang tanam yg dipenuhi sayuran. Untuk 1.800 lubang, Rumonin bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 5 Juta perbulannya.
Angka itu didapat hanya dari pembelian oleh warga yang datang langsung ke kebunnya di kawasan Amalatu, Batu Merah, Kota Ambon. "Saya jual murah, 4 ikat seharga Rp 10 ribu untuk semua jenis sayur," cetusnya. Dia mengaku telah bekerja sama dengan sejumlah swalayan, namun hingga kini belum dapat memenuhi permintaan lantaran selalu habis diserbu warga.
"Pernah ada pembeli yang datang dari Maluku Tengah, dia datang itu malam hari. Heran juga, jauh jauh datang hanya untuk beli sayur," katanya. Karena permintaan cukup tinggi, Rumonin tengah berupaya menambah produksi kebun di lahan seluas 10 meter x 14 meter itu. Dia bahkan berencana untuk menjadikan kebun sayur yang persis berada disamping rumahnya itu sebagai agrowisata.
"Ini kan anak muda suka berswafoto, bisa ditengah sayuran. Nanti dibuatkan kedai kecil agar bisa langsung menikmati sayuran segar dari kebun," ungkapnya. Baginya, berkebun kekinian cukup mudah dan menjanjikan. Tinggal dilakoni dengan serius dan fokus. (*)